Tepatnya di bulan Agustus 2019 yang lalu, saya sempat melakukan perjalan ke Garut, Jawa Barat untuk mendaki Gunung Papandayan. Sebetulnya ini bukan perjalanan pertama saya ke Papandayan, itulah mengapa di judul artikel ini saya tulis nostalgia atau napak tilas.
Kalau tidak salah ingat, sekitar 4 tahun lalu atau tepatnya sekitar tahun 2015 saya pernah sekali berkunjung dan mendaki Gunung Papandayan. Rasanya ingin mengulang kembali, apalagi setelah Papandayan sekarang disebut-sebut menyandang gelar gunung bintang 5 nya Jawa Barat, hm... kaya apa sih?
Perjalanan saya seperti biasa tidak sendiri. Berbekal kawan dari Sukabumi sebanyak 7 orang, lalu bertemu 4 orang di Bandung dan 3 orang di Garut, alhasil terkumpulah teman jalan saya kala itu 14 orang. Cukup banyak kan? Terdiri dari teman-teman lama dan baru yang sebagian saya dapat dari forum backpacker.
Menuju Garut Untuk Mendaki Gunung Papandayan
Gunung Papandayan berlokasi di kecamatan Cisurupan, Garut. Dari pusat kota Garut masih sekitar 1-2 jam lagi dengan kendaraan roda dua atau empat. Cara menuju kesana dengan kendaraan umum katanya sih agak ribet, nah kebetulan 2x kesana saya selalu menggunakan kendaraan pribadi jadi belum pernah coba. Tapi ada sedikit informasi yang saya dapat mengenai cara menuju Gunung Papandayan (basecamp david) dengan menggunakan public transport alias ngeteng. Begini kira-kira:Baca Juga: Info Lengkap Pendakian Gunung Galunggung Tasikmalaya
Pastikan teman-teman menuju kota Garut terlebih dahulu. Jika dari luar kota, bus antar kota biasanya berhenti di terminal Guntur Garut. Dari Terminal Guntur bisa menyambung kendaraan umum (angkot) menuju Terminal Cisurupan, lalu dari sana lanjut lagi dengan ojek ke Basecamp David.
Ada cara lain yang lebih efektif yaitu carter angkutan dari terminal Guntur langsung ke Basecamp David Papandayan. Cara ini berlaku untuk kalian yang datang rombongan ya. Minimal 5 orang lah untuk menekan biaya. Kalau sendiri? Hm... mungkin pakai cara yang pertama saja. Bagi yang ingin carter kendaraan berikut saya kasih rekomendasi jasa antar jemput yang saya ketahui.
Jasa antar jemput pendaki Papandayan: 0813-2332-3979
Perjalanan mengunjungi Papandayan itu saya mulai tanggal 2 Agustus 2019. Sore hari perjalanan kami mulai dari Sukabumi dengan menuju Bandung terlebih dahulu. Rencananya saya akan bertemu 4 kawan di Bandung. Ternyata kami sampai lebih awal, jam 8 malam udah sampe dong. Sedangkan kita janjian dengan teman-teman yang lain pukul 2 dini hari, karena mereka juga sebenarnya berangkat dari Jakarta. Lumayan lah bisa jalan-jalan sambil ngasih istirahat si mbak supir.
Sekitar pukul 3 dini hari kami baru lanjut perjalanan dari Bandung menuju Garut. Karena jalanan super lancar tengah malam itu, tidak sampai 2 jam kami sudah sampai di pusat kota Garut yaitu sekitar pukul 5 pagi. Kami sudah ditunggu 3 rekan yang bergabung dari Garut. Sebenarnya mereka juga dari Jakarta, hanya saja mepo di Garut karena pakai kendaraan umum (bus) ke Garut. Setelah kumpul semua, kami lanjut perjalanan ke Basecamp David yang mana masih sekitar 30 KM lagi. Sempat mampir ke tempat rental outdoor di garut, untuk melengkapi peralatan camp dan mendaki kami.
Nah, bagi teman-teman yang tidak punya perlengkapan mendaki atau males bawa dari rumah, bisa sewa di Garut lho. Berikut rekomendasi dari saya.
Rental Outdoor Garut (Jaraga): 0895-374-761-101
Sebenarnya di Basecamp David alias di pintu pendakian Gunung Papandayan tersedia tempat sewa juga. Kalau harga sih kurang tau ya, hanya biasanya lebih mahal dibanding sewa di luar.
Persiapan Pendakian, Info Tiket Masuk Wisata
Setelah perjalanan kurang lebih 1 jam, kami tiba di pintu masuk TWA Gunung Papandayan. Gerbang besar lengkap dengan loket masuk sudah menyambut. Untuk tiket masuk TWA Gunung Papandayan (per Agustus 2019) adalah Rp. 30.000,- dan tiket camping Rp. 35.000,-. Jika teman-teman datang untuk berkunjung dan pulang lagi (tanpa camping) berarti hanya membayar 30K, sedangkan karena kami akan camping satu malam maka membayar total Rp. 65.000,-/orang.
Tarif ini berbeda berkali lipat dibandingkan ketika saya pertama kali kesana. Saat itu kalau tidak salah ingat 10-15 ribuan gitu deh masuknya. HTM Gunung Papandayan memang menjadi polemik dan selalu diperbincangkan khalayak, terutama para penggiat dan penikmat wisata di Indonesia. Tapi kita lihat, apakah 65K itu sangat layak?
Yang berbeda sekarang kendaraan pribadi bisa masuk sampai pintu pendakian. Kalau dulu sekitar terminal Cisurupan kita di razia warga, yang pakai kendaraan pribadi disuruh turun dan nyambung kendaraan umum milik warga (bak sayur). Katanya sih karena parkirannya sempit, dan memang benar. Tapi yang pasti alasan sebenarnya sih untuk mendukung ekonomi warga dengan menyewa angkutan tersebut, meskipun jadi ribet. Syukurlah sekarang sudah tidak begitu lagi.
Oh ya, untuk tarif parkir kendaraan pun sama ya. Dibedakan menjadi tarif masuk dan tarif menginap. Untuk 1 mobil kami membayar Rp.65.000,- / 1 mobil. Dengan rincian yang sama yaitu 30K tarif parkir dan 35K tarif mobil menginap. Uwow memang! Haha.
Setelah dari loket kita harus masuk sedikit lagi untuk menuju parkiran dan basecamp pendakian Gunung Papandayan. Sesampainya di sekitar parkiran sangat pangling dengan kondisinya yang sekarang. Parkir yang luas, serta fasilitas-fasilitas lain sudah sangat berbeda dari pertama kali saya menginjakan kaki di Basecamp David ini.
Warung-warung semakin banyak, mushola, tolilet yang lebih nyaman dan banyak pula. Tempatnya ternyata memang di desain sebagai tempat wisata, bukan hanya untuk pendakian. Di basecamp pun sudah tersedia cottage yang bisa di sewa untuk yang ingin stay dan hanya merasakan suasana pegunungan tanpa mendaki, ada pemandian air panas, dan lain sebagainya. Wah, ini toh gunung bintang lima itu?
Ternyata sekarang bukan hanya pendaki yang datang kesana, melainkan orang-orang lain di luar pendaki yang hanya ingin main-main di lereng gunung papandayan. Kemarin saja ada ibu-ibu PKK yang lagi gathering, ada dari perusahaan-perusahaan juga, macem-macem deh pokoknya.
Memulai Pendakian Gunung Papandayan
Karena tujuan saya dan teman-teman kesana untuk memanjat Gunung Papandayan, tanpa berlama-lama kami langsung memulai pendakian. Kami mulai mendaki sekitar pukul 10 siang, setelah sebelumnya sarapan di warung sekitar dan packing ulang semua perlengkapan. Saya pribadi sudah tidak sabar ingin menapaki dan melangkahkan kaki menuju puncak Gunung Papandayan, sekaligus ingin tau apa lagi yang berubah dari gunung ini. Kalau di bawahnya saja sudah bikin pangling, apakah di atas makin-makin lagi? We'll see.
Setau saya Gunung Papandayan ini memang gunung yang keren. View & lanscape nya sangat cantik tanpa rekayasa. Gunung Papandayan merupakan gunung dengan kawah yang masih aktif, bekas letusannya menyisakan pemandangan yang sangat memukau. Berada di ketinggian 2665 mdpl, gunung ini sangat cocok untuk para pemula. Ditambah pengalaman dan pemandangan yang ditawarkan sangat lengkap oleh gunung yang tidak begitu tinggi ini membuatnya menjadi gunung favorit para pendaki dari dulu. Kawah yang masih aktif, padang edelweis dan pemandangan cantik bisa didapat di Papandayan.
Baca Juga: Info Lengkap Pendakian Gunung Prau, Gunung Terkenal di Kalangan Pemula
10 menit pertama mendaki Gunung Papandayan kita masih menapaki jalan aspal dengan motor-motor angkutan bersliweran. Ada motor yang mengangkut barang dagangan, ada pula yang mengangkut tas-tas. Yes, kalau gunung lain mengangkut barang-barang dibantu porter, disana para porter memakai motor yang sudah didesain offroad untuk digunakan di medan Gunung Papandayan yang terjal.
Lepas jalan aspal, kita mulai masuk ke kawasan luas yang mana sudah merupakan kawah aktif. Batu-batu kapur yang berwarna putih serta kepulan asap menghiasi dan mendominasi pemandangan sekitar. Oh ya Gunung Papandayan tidak memiliki pos-pos seperti gunung lain, hanya memang lokasi-lokasi yang akan dilewati ada namanya seperti lokasi Kawah, Ghoberhoet, dan lain-lain.
Yang membuat pangling lagi, sekarang di sekitar lokasi kawah banyak shelter dan toilet dan sekarang semakin banyak pendaki yang bukan pendaki. Lho... Hehehe.
Maksud saya banyak pengunjung yang sama-sama treking namun tidak dengan stelan mendaki. Banyak ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak. Kebanyakan mereka-mereka itu hanya treking dan mendaki sampai lokasi kawah lalu pulang lagi.
Perjalanan mendaki dari pintu pendakian sampai lokasi kawah kurang lebih 1 jam perjalanan santai. Setelah dari kawah, kita memasuki lokasi berikutnya yang disebut dengan Ghoberhoet. Kalau kalian tanya bagaimana trek Gunung Papandayan, sudah pasti menanjak ya, namanya juga mendaki ke dataran tinggi. Tapi jangan khawatir, trek Papandayan banyak bonusnya kok. Kita bakal sering menemukan medan jalan yang lurus dan landai, perjalanan pun akan lebih santai. Paling tidak tanjakan curam dan terjal ada di sekitar Ghoberhoet menuju Pondok Saladah.
Idealnya 2-3 jam mendaki kita akan sampai ke lokasi kemah yaitu Pondok Saladah. Pondok Saladah berupa lahan kosong yang sangat luas dan berdampingan dengan lokasi Hutan Mati yang hits di Papandayan. Biasanya para pendaki akan mendirikan tenda di camp ground Pondok Saladah ini. Meskipun banyak juga yang memilih lokasi lain seperti di jalur menuju Hutan Mati, Tegal Alun atau jalur-jalur lain yang memungkinkan. Biasanya karena Pondok Saladah sudah terlalu penuh atau ingin menyepi.
Baca Juga: Info Lengkap dan Paling Akurat Pendakian Gunung Kencana Puncak Bogor
Saya dan teman-teman tiba di Pondok Saladah sekitar pukul 2 siang, langsung lapor ke petugas dan kita diberikan nomor kapling untuk mendirikan tenda. Udah kayak mau bangun rumah ya..
Tidak banyak yang berubah dari camp ground ini, sejak dulu disana memang sudah ada warung dan toilet. Bedanya sekarang semakin banyak. Buat kalian yang ingin camping santai di Papandayan, tidak usah khawatir kehabisan bekal ya karena banyak warung buka 24 jam. Harganyapun masih masuk akal lah.
Kegiatan sore hari para pendaki biasanya treking ke lokasi selanjutnya yaitu Tegal Alun, berupa padang edelweis yang luas nan cantik. Mirip-mirip Alun-alun Suryakencananya Gunung Gede. Karena merasa lelah akibat gak tidur semalaman, saya memutuskan untuk tidak ikut ke Tegal Alun. Sementara teman-teman semuanya pergi, saya hanya santai-santai sore disekitar camp ground.
Perjalanan pergi-pulang dari Pondok Saladah ke Tegal Alun hanya sekitar 1-2 jam saja. Teman-teman pun sudah kembali ke camp ground sebelum gelap.
Udara dingin Papandayan sudah mulai terasa ketika magrib tiba, sampai-sampai ambil air untuk wudhu pun perlu niat yang kuat hehehe. Malam yang dingin itupun kami habiskan hanya untuk mengobrol ria saja, sambil nyemil perbekalan yang sudah kami beli lalu selanjutnya kami istirahat ke tenda masing-masing.
Ada yang seru saat tengah malam tiba, ketika banyak babi hutan meronda di sekitar camp ground. Pemandangan ini sudah biasa di Papandayan, setidaknya akhir-akhir ini. Sebelumnya pun kami sudah diingatkan oleh penjaga camp ground bahwa kalau malam akan banyak babi hutan yang datang untuk mencari makanan, jadi semua perbekanan yang tersisa harus digantung di pohon biar gak diseluduk katanya.
Agak cemas sih apalagi saat langkah kaki si babi melewati tenda kita, tapi aman... Sampai pagi menjelang Alhamdulillah tidak ada masalah apa-apa. Satu-satunya yang jadi masalah di sana setidaknya untuk saya adalah suhu dingin yang semakin menjadi-jadi. Rasanya melebihi dinginnya puncak prau yang terkenal dengan dinginnya yang ekstrim. Tidak sempat cek berapa suhunya karena tidak ada koneksi di handphone, tapi kata orang-orang sih sudah minus. Brrrrr..
Setelah pagi datang dan matahari menebarkan kehangatannya, kami pun bersiap-siap untuk segera packing dan melanjutkan treking turun. Sekitar pukul 9 pagi kami mulai perjalanan turun melewati rute Hutan Mati lalu turun ke lokasi kawah.
Baca Juga: Kesan Pribadi Terhadap Anak Gunung Krakatau
Perjalan turun selalu lebih cepat dari saat berangkat. Kamipun tiba sekitar pukul 11 di pintu pendakian atau Basecamp David. Langsung bersih-bersih, sholat, makan dan siap-siap untuk melanjutkan perjalanan pulang.
Saya pun berpisah dengan teman-teman yang lain yang akan melanjutkan ke kotanya masing-masing. Tersisa 6 orang yang masih bersama sampai Sukabumi.
Koleksi Foto Pendakian Gunung Papandayan
Barangkali itu dulu sharing dari saya tentang Pendakian Gunung Papandayan, gunung bintang limanya Jawa Barat. Barangkali bisa memberi sedikit info dan referensi untuk kawan-kawan yang akan melakukan pendakian ke Gunung Papandayan.
Kesimpulan saya tentang banyaknya perubahan di Gunung Papandayan, apakah worth itdengan harga segitu? saya kasih jawaban YA. Percaya deh nyesek saat bayar di loket akan hilang ketika sudah terbayar dengan pengalaman dan kecantikan Gunung Papandayan. Udah cantik dari sononya, atulah. Semoga tetap terjaga kecantikannya dan jangan lupa bawa turun sampahnya ya, guys :* Budayakan Komentar Setelah Membaca :)
Tonton videonya yuk!
6 komentar
Nuhun foto-foto & info lengkapnya.
Salam bumiblogger,
Mungkin sekali-sekali bs dicoba mendaki bukit sambil olahraga hehe
Jangan lupa pemanasan dulu di rumah dgn rutin olahraga :)