Sebetulnya masih banyak content tentang perjalanan yang ingin di share dan masih tertunda. Tapi gatel euy, ingin segera posting yang satu ini. My last trip, beberapa waktu lalu. Ke salah satu destinasi wisata yang sedang viral. Ya, itulah Negeri di Atas Awan, Gunung Luhur Citorek, Banten.
Sama halnya seperti yang lain, saya cukup penasaran juga untuk datang kesana. Apalagi sering dibahas oleh teman-teman saya yang sesama pejalan, dikala sedang ngobrol. Wacana pun sempat dibuat, bahkan sebelum tempat itu sangat viral. Meski akhirnya baru sebatas wacana.
Dan akhirnya, karena kebetulan saya memiliki rencana perjalanan ke Banten yaitu ke pedalaman suku Baduy. Saya dan teman-teman mengagendakan untuk 'sekalian' mengunjungi destinasi viral itu.
Setau saya, tempat wisata tersebut sudah dikenal hampir setahun yang lalu. Setidaknya untuk para pejalan, sudah tidak asing lagi. Tetapi, beberapa minggu belakangan menjadi sangat viral. Bukan hanya di kalangan orang-orang yang senang jalan-jalan, tetapi hampir semua kalangan. Mereka penasaran ingin melihat sendiri fenomena lautan awan seperti di foto-foto yang mereka lihat di dunia maya.
Ya, karena banyak nya orang yang share keindahan lokasi tersebut, menjadi salah satu alasan viralnya destinasi itu. Sayangnya, banyak diantara foto-foto yang di bagikan di media sosial (terutama Facebook), malah bukan di Citorek. Ada yang di Flores dan ada juga di daerah lain. Segelintir orang-orang tidak bertanggung jawab yang asal share alias menyebarkan hoax.
Hal ini memang sering terjadi dan cukup disayangkan. Karena tidak sedikit orang yang tertipu. Ketika sudah datang, kok tidak seperti yang dilihat di dunia maya. Sebagai pengguna internet yang cerdas, yuk tabayyun dulu ya sebelum share apapun.
Berkat foto-foto itu juga akhirnya destinasi Gunung Luhur Citorek semakin viral. Banyak orang berbondong-bondong datang kesana. Bukan hanya yang berdomisili di Banten saja, tapi dari kota-kota lain yang jauh sekalipun. Bela-belain datang, untuk menikmati pemandangan alam yang tidak biasa ini. Lalu apa yang mereka dapat?
Baca Juga: Menikmati Waduk Jatiluhur dari Ketinggian (Mendaki Gunung Lembu Purwakarta)
Akses Menuju Gunung Luhur Citorek
Menyusul viral nya postingan demi postingan tentang Gunung Luhur Citorek. Beberapa hari lalu, munculah sebuah postingan di kanal Facebook yang menggambarkan kondisi destinasi wisata tersebut yang cukup membuat miris.
Tepatnya hari minggu tanggal 22 september 2019, yaitu sebuah foto dan video yang memperlihatkan antrian kendaraan di Citorek yang super panjang layaknya disebuah kota besar. Macet.
Semua kendaraan stuck tidak bisa bergerak. Mereka tidak lain adalah orang-orang yang akan / telah berkunjung ke Citorek. Alih-alih menikmati pemandangan alam yang indah seperti yang mereka harapkan, malah harus berjibaku dengan kemacetan disana. Apalagi medan menuju destinasi itu tidak mudah lho, melewati tanjakan-tanjakan panjang dengan medan jalan yang masih rusak di beberapa bagian.
Saya dengan teman-teman datang minggu malam. Dimana saat siang hari nya, destinasi itu sedang macet-macetnya. Tetapi malam itu sudah selesai. Kami optimis kalau hari itu tidak akan sepenuh weekend, karena kan besoknya hari senin alias hari kerja. Tapi, prediksi salah. Tetap ramai meskipun tidak membludak.
Perjalanan lancar, dari Ciboleger, Banten sekitar 3 jam. Mulai dari 10KM sebelum sampai lokasi, sudah disuguhi tanjakan-tanjakan dan belokan curam. Tetapi untungnya medan jalan sudah baik, jalan sudah di beton.
Menjelang sampai ke lokasi, sekitar 2KM sebelum parkiran akhir. Kita harus melewati sebuah tanjakan panjang yang mana jalannya masih rusak. Medan tanah campur batu-batu kerikil, membuat jalanan licin.
Banyak sekali kendaraan yang kesulitan disini, terutama kendaraan roda empat. Gak kuat nanjak. Kebanyakan mereka harus menurunkan dahulu beban / penumpangnya. Baru bisa lanjut, dengan susah payah.
Bahkan menurut cerita, banyak yang menyerah di tanjakan ini. Banyak yang tidak kuat nanjak, dan memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan. Padahal, dari tanjakan itu sudah deket banget lho. Sayang sekali kalau sampai menyerah.
Tanjakan ini sedang proses perbaikan / pembetonan. Sebentar lagi mungkin selesai. Insyaa Allah akhir tahun sudah beton semua, cerita salah seorang penjaga homestay disana.
Saya hanya tidak bisa membayangkan, saat orang-orang kemarin bermacet-macet ria di tanjakan itu. Duh, sangat curam dan rawan.
Sarana dan Prasarana di Gunung Luhur Citorek
Soal akses, sudah bisa disimpulkan kan bahwa akses ke Gunung Luhur Citorek belum memadai. Bahkan saya sangat tidak merekomendasikan teman-teman untuk kesana dalam waktu dekat. Setidaknya sampai jalannya sudah selesai semua.
Sekarang bagaimana untuk sarana dan prasarana nya? Mengingat Gunung Luhur Citorek adalah destinasi wisata baru.
Untuk kendaraan pengunjung, bisa sampai ke lokasi destinasi wisata Gunung Luhur Citorek. Jadi, gak perlu jalan kaki / trekking lagi untuk bisa menikmati lautan awan Gunung Luhur Citorek.
Disana tersedia lahan parkir yang lumayan luas, tetapi sepertinya tidak cukup menampung jika pengunjung sedang membludak.
Oya, tarif parkir cukup murah. Yaitu 5000 untuk kendaraan roda 2, dan 10.000 untuk kendaraan roda empat.
Soal bermalam, kita memiliki beberapa opsi. Mendirikan tenda yang dibawa dari rumah, jadi tinggal mencari lahan disana. Saya tidak mendapatkan info, apakah lahan harus bayar atau bebas saja.
Tetapi disana memang disediakan juga lahan dengan tenda yang sudah berdiri. Jadi kita sewa dengan tendanya. Ini untuk yang tidak membawa tenda dari rumah. Biaya sewa lahan + tenda adalah 100rb, dengan tenda kapasitas 4 orang.
Selain mendirikan tenda (baik sewa atau bawa sendiri), disana juga bisa menyewa homestay. Orang sana sebutnya villa. Memang hanya pondokan sederhana, yang terdiri dari beberapa kamar. Nah, yang ini menjadi pilihan kami (saya dan teman-teman).
Berhubung kondisi badan sudah lumayan capek, setelah trekking di Baduy. Saya putuskan untuk menyewa homestay. Tarif nya adalah 200-300 ribu per kamar. Kapasitas wajar sampai 6 orang. Tetapi jika lebih juga tidak masalah, hanya soal kenyamanan saja. Kami menyewa 3 kamar untuk ber-20 orang.
Toilet umum tersedia, tetapi masih kurang menurut saya. Apalagi jika pengunjung banyak, pasti sangat kurang. Waktu kemarin kesana sedang kemarau panjang, jadi air nya sangat terbatas. Mungkin kalau musim hujan tidak demikian.
Sarana dan Prasarana sudah lumayan baik, untuk ukuran destinasi baru. Meskipun banyak mesti di tingkatkan lagi, seperti lahan parkir dan toilet.
Oya, untuk masuk ke spot tempat menyaksikan sunrise dan lautan awan harus membayar tiket masuk sebesar 5000 rupiah. Murah lah ya.
Spot ini berupa tanah lapang (yang tidak terlalu lapang), dan berundak-undak.
Ditutup Untuk Sementara Waktu
Ketika membaca headline berita diatas, entah kenapa saya sangat setuju. Seperti saya tulis di atas, saya belum merekomendasikan teman-teman untuk datang kesana dalam waktu dekat. Bahkan saya sempat menulis di laman media sosial pribadi saya, 1 hari sebelum berita itu muncul.
Mungkin berkat saran dari pengunjung dan dari berbagai pihak, akhirnya dinas terkait memutuskan untuk menutup sementara destinasi tersebut. Karena, ya memang benar dan seharusnya begitu. Meskipun sangat potensial, secara materil. Bahwasanya sangat menguntungkan sekali, terutama untuk pengurus dan masyarakat sekitar yang mencari nafkah di lokasi. Tetapi, ada yang lebih penting daripada itu semua. Keselamatan dan kepuasan pengunjung.
Jika dipaksakan, tentu sangat khawatir akan hal-hal yang tidak di inginkan. Belum lagi hilir mudik mengunjung juga menghambat pembangunan-pembangunan yang sedang digencarkan. Jalan, sarana dan prasana, dan lain sebagainya. Penutupan adalah langkah yang tepat.
Jadi, bagi teman-teman yang ingin mengunjungi destinasi wisata di atas awan, GUnung Luhur Citorek tahan dulu ya. Semoga pemetaan pariwisata disana berjalan lancar, sehingga bisa segera dinikmati kembali oleh pengunjung.
Baca Juga: Gunung Kencana Bogor, Spot Ciamik Melihat Pemandangan Gunung Gede dan Gunung Salak
Kalau tempatnya memang asik kok. Kalau biasanya harus capek-capek-an mendaki dulu untuk bisa menikmati lautan awan, disana tidak. Cocok untuk yang tidak terlalu senang jalan kaki.
Dan lebih indah dilihat mata langsung lho, daripada melihat foto-foto di media sosial. Indah dan Sejuk. Apalagi kalau datang pas tidak terlalu penuh, bakalan bisa menikmati banget. Saat saya kesana, masih lumayan padat dan tetap rada crowded. Padahal sudah weekday.
Sedikit foto-foto di Citorek sebagai penutup.
Budayakan Komentar Setelah Membaca :)
Posting Komentar