Akhirnya karena begitu penasaran dan tertarik dengan salah satu objek wisata alam di Purwakarta, saya kembali ke Purwakarta pada pertengahan Oktober 2018.
Gunung Lembu, destinasi tujuan saya datang lagi ke Purwakarta. Katanya tempat ini merupakan tempat paling epic menikmati Waduk Jatiluhur dari sudut yang berbeda. Ya dari ketinggian.
Berbekal informasi dari rekan yang pernah kesana, ditambah informasi-informasi dari internet. Dan tidak lupa membawa pasukan lengkap, saya berangkat menuju Gunung Lembu.
Informasi pertama:
Lokasi objek wisata ini cukup jauh dari pusat kota Purwakarta, butuh 1-1,5 jam atau jarak tempuh sekitar 20KM lebih.
Pastikan teman-teman menggunakan kendaraan pribadi, karena tidak terdapatnya kendaraan umum yang mengarah ke titik awal pendakian Gunung Lembu di Ds. Panyindangan, Kec. Sukatani, Purwakarta.
Bagaimana jika tidak ada kendaraan pribadi?
Cara mensiasatinya adalah dengan sewa kendaraan. Biasanya orang-orang yang hendak menuju Gunung Lembu akan men-carter angkot dari kota Purwakarta / Stasiun Purwakarta. Idealnya butuh 10 orang / angkot agar bisa menekan biaya sewa.
Apabila tidak cukup orang sebenarnya bisa juga, hanya saja biaya akan lebih mahal. Karena sopir akan mentarif sesuai unit, bukan / orang.
Dan itu juga yang saya lakukan kemarin, menyewa kendaraan. Hanya saja saya tidak menggunakan angkot, karena tidak cukup.
Maklum teman jalan waktu itu ada 16 orang, sehingga melebihi kapasitas angkot. Akhirnya saya memutuskan untuk menyewa kendaraan pick up atau bak terbuka.
Kontak sewa mobil pick up :
0838-0645-4043 (Kang Dede)
Perjalanan Menuju Gunung Lembu
Seperti biasa saya tidak pergi sendiri. Dibersamai teman-teman yang berasal dari berbagai kota, baik yang sudah kenal ataupun yang baru bertemu untuk pertama kalinya. Berkat ajakan di media sosial.
11 orang yang berangkat sama-sama dari Sukabumi, kemudian bertemu dengan 5 lainnya di stasiun Purwakarta sebagai meeting point-nya.
Untuk menuju Purwakarta sendiri, dari Sukabumi kami estafet menggunakan kereta. Dimulai dari Kereta Pangrango, lalu lanjut KRL dari Bogor ke Jakarta. Untuk selanjutnya menyambung Kereta Lokal menuju Purwakarta, yang start dari Stasiun Tanjung Priuk.
Untuk biaya atau ongkos ke Purwakarta itu terbilang murah ya. Mengingat adanya kereta lokal yang super murah-meriah. Jika ditotalkan Sukabumi – Purwakarta hanya sekitar 50K (One Way), dan dari Jakarta hanya 6000,- saja.
Karena memburu kereta lokal yang jadwalnya masih terbatas, kami (Sukabumi Squad) berangkat dengan kereta paling pagi dari Sukabumi. Dengan harapan bisa naik kereta lokal ke Purwakarta jadwal yang pertama yaitu pukul 10. Tapi tetap saja ketinggalan. Untungnya masih ada kereta kedua yang jadwalnya tidak terlalu jauh, sekitar pukul 11.30.
Perjalanan Jakarta – Purwakarta menggunakan kereta lokal sekitar 2 jam. Sehingga pukul 2 siang kami baru sampai di Purwakarta. Cukup telat sebenarnya. Karena seperti saya tulis diatas, lokasi pendakian Gunung Lembu masih cukup jauh dari kota Purwakarta.
Drama belum selesai. Disaat sedang memburu waktu, kami harus mampir dulu ke tempat rental outdoor yang lokasinya cukup membingungkan. Ditambah lalu lintas kota Purwakarta yang cukup ramai dan macet karena weekend. Fiuuhhh
Ba’da shalat ashar kami baru bisa melanjutkan perjalanan dari tempat rental outdoor, yang masih di dalam kota Purwakarta. Diprediksi, kami akan sampai basecamp sebelum magrib.
Dan lagi-lagi meleset. Ternyata masih ada rintangan yang harus kami lewati.
Hujan... Ditengah-tengah perjalanan hujan mengguyur begitu deras, tak disangka karena sebelumnya yang saya tau Purwakarta belum hujan. Bahkan menurut petugas loket Gunung Lembu, itu memang hujan pertama setelah kemarau panjang. Mungkinkah kedatangan kami membawa berkah? Hehe. Ambil baiknya saja lah ya.
Karena kendaraan yang kami tumpangi tanpa atap, sehingga kami harus berteduh dahulu setiap kali hujan. Walhasil, hingga adzan magrib berkumandang kami belum sampai ke basecamp dan masih berjibaku dengan jalanan yang semakin sulit.
Jalanan naik-turun khas pegunungan adalah yang akan ditemui ketika sudah mendekati lokasi dimana pos pendakian Gunung Lembu berada. Kebayang dong, jalanan seperti itu setelah hujan bagaimana?! tapi Alhamdulillah kami sampai dengan selamat.
Kalau melihat itinerary, magrib itu harusnya kami sudah diatas. Tapi itulah manusia, hanya bisa berencana, sedang tuhan yang menentukan. Keep calm dan tetap positif thinking, pasrah saja tanpa ada yang harus disesalkan.
Sekira pukul 18.30 akhirnya kami sampai di Basecamp Pendakian Gunung Lembu. Langsung melaksanakan shalat di mushola yang ada disekitar basecamp.
Sambil yang lain beribadah, sambil yang lainnya packing ulang. Kami rencananya akan mendirikan tenda di camping ground terdekat, yaitu Saung Ceria di sekitar pos 1.
Untuk camp di Gunung Lembu kita bisa mendirikan tenda di puncak, atau di pos 1 (saung ceria).
Perjalanan dari basecamp menuju saung ceria paling tidak hanya memakan waktu 20 menit saja (perjalanan santai). Sedangkan ke puncak mungkin sekitar 2 jam (perjalanan santai) dengan track yang lumayan sulit (tidak direkomendasikan trekking malam).
Karena sudah tidak memungkinkan sampai puncak, dan atas saran petugas loket kami memutuskan camp di Saung Ceria. Katanya view dari tempat itu tidak kalah dengan puncaknya.
Setelah membayar tiket masuk 15K/orang, kami mulai trekking sekitar pukul 19.30.
Perjalanan anggaplah 30 menit, sehingga pukul 20.00 kami sudah sampai di lokasi camp Saung Ceria. Dari arah bawah ditandai dengan adanya warung pertama, lalu belok kanan. Nah disitulah tempatnya.
Lokasi camp Saung Ceria ini berupa lapangan yang cukup luas. Pada saat kami datang, masih kosong dan belum ada satupun tenda yang berdiri disana. Mungkin orang-orang sudah sampai atas.
Tapi hikmahnya, kita bisa leluasa memilih tempat yang nyaman dengan view yang bagus. Langsung menghadap Waduk jatiluhur dibawah sana.
Ternyata masih berdatangan teman-teman pendaki lain yang akan berkemah, tidak lama berselang setelah kami. Sehingga cukup ramai dan penuh, mungkin ada sekitar 10 tenda berdiri akhirnya.
Setelah mendirikan tenda, bersih-bersih, dll. Kami mengisi malam dengan masak-masak, membuat cemilan seadanya untuk mengisi perut, ngobrol ngalor-ngidul sampai akhirnya masuk ke tenda masing-masing untuk tidur.
Suasana malam di tempat camp
Info tambahan:
Suhu di Gunung Lembu tidak dingin, cukup normal. Jadi jika kesana tidak perlu membawa peralatan yang ribet, seperlunya saja. Tapi mungkin tergantung cuaca juga.
Menuju Puncak Gunung Lembu
Pagi menjelang. Rencananya kami akan melanjutkan pendakian menuju puncak Gunung Lembu. Inginnya sih bisa sunrise diatas, tapi lagi-lagi gak keburu. Hehehe.
Trekking menuju puncak sekitar 1 jam perjalanan normal. Melewati jalanan yang menanjak dengan kemiringan hampir 90 derajat, jarang bonusnya. Tapi jalurnya cukup jelas, tidak akan membuat nyasar meski pertama kali.
Menurut saya pribadi jalur pendakian Gunung Lembu ini lumayan susah. Padahal memiliki ketinggian yang standar, yakni hanya 792 MDPL. Tapi kecil-kecil cabe rawit, cukup bikin kaki kram.
Jalur pendakian
Kami berangkat dari tempat camp pukul 05.30. Disepanjang jalan menuju puncak Gunung Lembu, akan melewati beberapa petilasan-petilasan. Mungkin itu sebabnya banyak orang mengatakan Gunung Lembu itu sedikit mistis. Wallahu alam.
Selain petilasan-petilasan yang cukup merinding saat melewatinya, kami juga bertemu dengan penunggu Gunung Lembu yang lain. Bukan, bukan setan. Melainkan si Boots (temennya Dora).
Di hutan Gunung Lembu masih banyak ditemui monyet-monyet liar. Usahakan tidak membawa sesuatu yang menarik perhatian dia. Semisal tas jinjing atau makanan. Karena konon mereka akan merampasnya. Dibegal haha
Tapi karena semua barang barang kami tinggal di tempat camping. Sehingga ke atas sama-sekali tanpa bekal apapun, kecuali air minum. Jadi aman ya. Binatang-binatang itu juga baik sebetulnya, tidak serta merta mengganggu.
Sekitar pukul 7 pagi sampai lah kami di Puncak Gunung Lembu. Spot ter-favorite menikmati puncak Gunung Lembu yaitu di Batu Lembunya. Semacam garis finishnya disitu.
Batu Lembu
Dari atas Batu Lembu ini pemandangannya Masyaa Allah. Waduk jatiluhur terlihat sangat jelas.
Kalau dari area camping Saung Ceria hanya bisa dilihat dari satu sudut saja, dari puncak ini kita bisa melihat sampai hampir 360 derajat. Sangat luas sekali waduk Jatiluhur itu. Pantas saja menjadi waduk terbesar di Indonesia.
Jadi, posisinya Gunung ini dikelilingi oleh Waduk. Berada ditengah-tengah Waduk Jatiluhur. Ditambah dengan pemandangan gunung-gunung lain yang berdampingan dengan Lembu terlihat jelas, menambah indah pemandangan. Ialah gunung parang dan Gunung Bongkok yang sering juga dijadikan tempat pendakian.
Saya sih tidak menyangka, ternyata Purwakarta punya tempat sekeren itu. Hehehe.
Puas-puasin menikmati ciptakan yang kuasa di depan mata. Sambil istirahat dan sesekali mengabadikan moment lewat kamera. Cekrek.
Oya, sedikit me-review tempat camp di puncak Gunung Lembu.
Tidak terdapat area camp khusus disana. Orang-orang mendirikan tenda disamping-samping jalur pendakian, dengan space yang sempit.
Tidak direkomendasikan apalagi jika rombongan. Enaknya kan posisi tenda melingkar.
Jadi kami rasa, camp di Saung Ceria sudah keputusan paling tepat. Hehe.
1 jam sudah kami berada di Puncak Gunung Lembu. Menikmati keindahan waduk Jatiluhur dari sudut yang berbeda.
Sekitar jam 8 pagi kami sudah kembali ke tempat camp, dan langsung packing untuk turun. Janjinya pak sopir akan menjemput kami jam 10 siang, karena kami harus menyesuaikan jadwal kereta.
Perjalanan turun lebih cepat, sehingga kurang dari jam 10 kami sudah sampai di basecamp.
Langsung bersih-bersih deh, mandi, ganti pakaian. Ada juga yang makan, mengisi amunisi karena perjalanan masih jauh.
Pukul 11 kami berangkat meninggalkan basecamp Gunung Lembu menuju stasiun. Perjalanan sekitar 1 setengah jam dan sampai Stasiun Purwakarta sekitar pukul 12.30.
Saya berpisah dengan teman-teman yang akan melanjutkan perjalanan pulang ke kota masing-masing. Ada yang ke Indramayu, Jakarta, Bogor. Sampai akhirnya 11 orang tersisa (Sukabumi Squad), yang pantang menyerah. Haha. Meski sudah lelah, masih harus terus berjibaku di jalanan untuk sampai rumah.
Begitulah kalau rumah jauh dari kota besar. Tiap liburan, banyak waktu akan dihabiskan di jalan. Untungnya sudah terlatih. Not a big deal.
Semoga cerita perjalanan ini bisa memberikan informasi dan referensi untuk teman-teman yang akan berlibur ke Purwakarta. Bahwasanya Purwakarta bukan hanya tentang Air Mancur Menari terbesar se-Asia Tenggara lho.
Ada nih Gunung yang bisa didaki dengan waktu yang relatif singkat, Gunung Lembu. Kita bisa menikmati kemegahan waduk terbesar di Indonesia dari Gunung Lembu.
Baca Juga: Menjelajah Nusantara dalam 1 Hari, di Museum Diorama Nusantara Purwakarta
Selain Gunung Lembu, masih banyak wisata alam Purwakarta lain yang mungkin lain hari akan saya buat ulasannya.
Akhir kata, terimakasih untuk team saya yang sudah membersamai perjalanan saya ke Gunung Lembu Purwakarta.
Sukabumi Squad : Rain, Rika, Yati, Teh Ibo, Bapake Iman, Jihan, Dani, Rina, Ajay dan Kang Yadi.
Mbak Veronica dari Bogor, Pasutri inspirasique Teh Andi dan Bang Adji dari Tangerang, Bu Sumi dari Jakarta dan Mbak Ayu dari Indramayu.
Senang bisa jalan bareng kalian. Sampai jumpa lagi.
Budayakan Comment Setelah Membaca :)
6 komentar