Ternyata sepanjang pantai Palabuhanrau sampai Ujung Genteng pun masih termasuk dalam zona geopark lho. Tepatnya mencakup lebih dari 70 Desa / Kelurahan di 8 Kecamatan di Selatan Sukabumi. Ada Kecamatan Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Simpenan, Waluran, Ciemas, Ciracap dan Surade.
Di kawasan yang sangat luas itulah terdapat berbagai macam kekayaan yang menjadi alasan Ciletuh-Palabuhanratu diangkat menjadi Taman Bumi / Geopark oleh UNESCO. Satu-satu nya taman bumi yang berada di Jawa Barat. Selain kekayaan alam, keragaman geologi dan hayati, terdapat pula nilai-nilai budaya yang melengkapi kawasan Geopark Ciletuh menjadi tempat konservasi dan edukasi.
Kalau teman-teman mengira wisata ke Geopark Ciletuh hanya wisata air terjun dan pantai, itu salah besar. Ada lho yang beda, yaitu mengunjugi kampung adat atau kasepuhan. Dijamin antimainstrem.
Kampung Adat yang Ada di Zona Inti Ciletuh-Palabuhanratu UGG
Ada 3 kampung adat yang berasa di zona inti kawasan Ciletuh-Palabuanratu Unesco Global Geopark. Salah satunya Kasepuhan Sinar Resmi. Selain Sinar Resmi, dua lainnya yakni Kasepuhan Cipta Mulya dan Kasepuhan Cipta Gelar.
Kasepuhan Sinar Resmi termasuk yang paling mudah di jangkau dari kota Palabuhanratu, Sekitar 30 KM atau kurang lebih bisa di tempuh 1 – 1,5 jam dengan menggunakan kendaraan roda 2 atau 4. Sedangkan yang paling jauh dan paling susah adalah menuju Kasepuhan Cipta Gelar. Lokasinya berbatasan langsung dengan provinsi Banten. Perlu usaha extra untuk menuju kesana, melewati jalan yang cukup curam.
Baca juga : Napak Tilas Tradisi Sunda Baheula di Kasepuhan Ciptagelar (Seren Taun)
Berada di kaki Gunung Halimun, ketiga Kampung Adat tersebut masih sangat khas dengan suasa alam yang sejuk. Meski akses jalan masih sangat terbatas dan perlu usaha lebih. Semua akan terbayar ketika teman-teman sudah sampai di tujuan.
Yang Menarik dari Berwisata ke Kampung Adat
Banyak hal menarik yang akan kita dapat dari berkunjung ke Kampung Adat ini. Selain bisa menikmati suasana pedesaan yang masih sangat kental, dan pemandangan-pemandangan sekitar yang super indah, jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Udara dingin khas pedesaan akan membuat syahdu pagi kalian disana.
Selain itu, yang tidak kalah menarik adalah berbaur dengan warga lokal. Masyarakat adat kampung adat yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya yang sudah mulau ditinggalkan masyarakat suku sunda pada umumnya.
Dibalik modernisasi yang ditawarkan zaman melalui perkembangannya, masyarakat kampung adat tidak pernah lepas dari filosopi-filosopi hidup yang sudah diajarkan para leluhur mereka dan masih berjalan turun-temurun hingga sekarang.
Salah satu aturan adat yang menarik adalah dalam bidang pertanian, karena hampir seluruh masyarakat di wilayah kampung adat bermata-pencaharian sebagai petani.
Aturan-aturan tersebut tetap menjadi tuntunan masyarakat kampung adat. Contohnya: larangan untuk menkomersilkan hasil bumi atau hasil panen. Disana menjual padi atau beras adalah haram hukumnya.
Semua hasil panen biasanya akan disimpan untuk kebutuhan pangan mereka dan kebutuhan sosial lain. Padi disimpan didalam leuit (lumpung padi) yang dimana disana warga wajib memilikinya.
Syukuran terhadap hasil panen selalu dilakukan setiap tahunnya, acara biasanya digelar secara meriah dan sudah menjadi agenda rutin untuk dikunjungi oleh para pengunjung. Acara Seren Taun namanya.
Salah satu yang dilakukan di acara Seren Taun ini adalah upacara adat ‘Ngadiukeun’ atau menyimpan padi secara simbolis oleh pimpinan atau ketua adat.
Masing-masing kampung adat selalu menggelar acara Seren Taun setiap tahun dengan waktu yang berbeda-beda, tergantung kapan waktu panen raya.
Misalnya saja, yang belum lama di gelar yaitu acara Seren Taun di Kasepuhan Sinar Resmi beberapa waktu lalu. Tepatnya di Bulan Juli 2018.
Alhamdulillah saya berkesempatan menyaksikan langsung acara keren tersebut. Setelah tahun lalu juga sempat menghadiri acara seren taun di Kasepuhan Ciptagelar. Tapi sayangnya, untuk tahun ini tidak bisa datang kembali ke Kasepuhan Ciptagelar untuk menyaksikan seren taun anu ka 650 (tahun 2018) yang akan digelar beberapa hari lagi (8-9 september 2018).
Setiap tahun acaranya selalu khidmat dan semarak. Ratusan bahkan mungkin ribuan orang datang untuk menyaksikan acara sakral yang sudah dikemas menjadi lebih menarik tersebut. Para pengunjung datang dari seluruh penjuru kota, bukan hanya dari wilayah Sukabumi saja.
Rumah-rumah warga sekitar penuh dengan pengunjung. Yang mana rumah-rumah mereka terbuka untuk disewa oleh pengunjung yang ingin menginap untuk menyaksikan acara demi acara yang bisa sampai 3 hari 3 malam itu.
Acara-acara yang ditampilkan seputar acara-acara budaya sunda yang mana sudah sangat jarang ditemui di wilayah-wilayah lain. Seperti pentas seni jaipongan, wayang golek, seni dor-dor, seni laes, seni debus, dan ditutup upacara adat ngadiukeun oleh kepadala adat. Yakni penyimpangan padi ke dalam lumbung atau dikenal dengan sebutan ‘leuit si jimat’ .
Seni laes, gambar dari instragram @irwindwind
Didepan leuit si jimat Kasepuhan Sinar Resmi
Jika datang ke kampung adat ketika ada acara-acara adat seperti itu, jangan bingung soal isi perut ya. Disana sangat rame layaknya pasar malam. Banyak pedagang-pedagang yang mengais rejeki memanfaatkan moment besar tersebut.
Atau bisa juga makan di Imah Gede.
Imah Gede atau Rumah Besar sebagai sebutan untuk rumah adat yang menjadi pusat kegiatan di area kasepuhan. Imah Gede biasanya di tinggali oleh sang kepala adat.
Ketika ada acara adat, di imah gede akan disediakan makanan-makanan untuk seluruh tamu. Gratis. All you can eat. Hehe.
Itu semua semata-mata sebagai bentuk jamuan dari masyarakat kasepuhan kepada pengunjung-pengunjung yang datang. Sekaligus berbagi berkah dari hasil bumi yang mereka dapat. Seperti tujuan acaranya, syukuran panen raya.
Uniknya, kita juga bisa mengintip ke dapur rumah adat untuk menyaksikan proses masak-memasak yang masih traditional lho. Disana masih menggunakan tungku atau ‘hawu’ untuk proses memasak lengkap dengan peralatan-perlatan yang masih traditional pula.
Potret seorang Ibu yang sedang 'ngakeul' atau mengaduk nasi yang baru diangkat supaya tidak padat. Gambar dari instagram @b_bubuh
Lalu bagaimana jika datang ke kampung adat / kasepuhan diluar acara adat?
Bisa banget.
Kita tinggal datang saja dan bertamu ke Imah Gede. Kalau beruntung atau sedang tidak ada halangan, kita bisa bertemu dengan kepala adatnya. Atau jika tidak ada, kita tetap akan disambut oleh mereka para kelurga kasepuhan. Mereka akan sangat welcome, menyambut siapa saja yang datang.
Memang tidak banyak yang bisa dilakukan dibandingkan datang ketika ada acara adat. Paling tidak kita tetap bisa menikmati suasana sekitar kasepuhan yang asri dengan lebih santai. Karena kalau sedang ada acara adat, lumayan crowded sih.
Atau kita juga bisa berbincang lebih santai dengan penduduk kasepuhan. Menambah wawasan dengan mencari tau sejarah asal mula hingga tentang kehidupan sekarang mereka disana yang unik. Yang bisa secara turun-temurun tetap teguh menjaga dan melestarikan budaya mereka.
Artinya akan tetap banyak yang bisa kita dapatkan dari wisata budaya ke Kampung Adat, di kawasan Ciletuh-Palabuhanratu UNESCO Global Geopark ini. Terlepas datang ketika ada acara adat atau tidak.
Seperti yang kita ketahui, wisata budaya sangat tabu dikalangan penikmat wisata. Sangat sedikit sekali peminatnya. Baik berwisata ke museum-museum atau ke desa-desa adat seperti ini. Yang padahal, jika kita lakukan malah akan memberikan hasil lebih dari sekedar me-refresh tubuh dan fikiran. Ilmu, wasawasan adalah yang kadang tidak kita dapatkan dari wisata-wisata biasa.
Bagaimana, berminat mengunjungi Kampung Adat di kawasan Ciletuh-Palabuhanratu UNESCO Global Geopark?
Berikut saya infokan alamat lengkap masing-masing kasepuhan. Semoga suatu saat bisa datang yaa..
(dari pusat kota palabuhanratu sekitar 30KM)
(Berjarak 1KM dari Kasepuhan Sinar Resmi)
(sekitar 40KM dari pusat kota Palabuanratu atau 10KM dari Kasepuhan Sinar Resmi).
Budayakan Comment Setelah Membaca
Posting Komentar