sqIus80d5VwRjHCsULqdp1Lmmq7jVxCChULbkU68
Bookmark

Informasi Lengkap Pendakian Gunung Lawu 3265 MDPL via Candi Cetho

Gunung Lawu merupakan gunung berapi aktif yang ada di Jawa Tengah. Secara geografis, gunung ini berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung Lawu menjadi salah satu tujuan pendakian favorit bagi para pecinta alam dan pendaki gunung, khususnya yang berada di pulau Jawa.

Gunung dengan ketinggian 3.265 meter di atas permukaan laut ini juga merupakan salah satu gunung yang sangat dihormati dalam budaya dan spiritualitas masyarakat Jawa. Maka tak heran kalau gunung Lawu lekat dengan julukan "gunung mistis".

Info Pendakian Gunung Lawu

Info Lengkap Pendakian Gunung Lawu (Rute, Simaksi, Jalur, Estimasi, Spot)

Dibalik kesan mistis gunung Lawu, gunung ini sangat menarik dan tidak mengurangi minat para pendaki untuk mengunjunginya. Begitupun saya, untuk pertama kalinya mengunjungi Gunung Lawu pada bulan september 2024 lalu. Setelah berkali-kali gagal dan selalu kalah saing dari daftar gunung lain. Ya, Lawu menjadi gunung pilihan terakhir di daftar gunung incaranku di Jawa Tengah. Hehe. Kini tibalah saatnya untuk ke Lawu.

Mendaki Gunung Lawu via Candi Cetho

Ada beberapa jalur pendakian resmi yang bisa digunakan untuk sampai di puncak gunung Lawu. Salah satu yang paling terkenal adalah jalur Candi Cetho. Jalur yang juga saya pilih untuk pendakian ke Lawu kala itu. Selain Cetho, ada juga jalur Cemoro Sewu, Cemoro Kandang dan yang terbaru jalur Babar.

Baca Juga: Pendakian Gunung Slamet via Guci, Jalur Summit Paling Ekstream

Saya menggunakan jalur Candi Cetho karena dirasa jalur ini paling populer, sehingga mungkin akan mudah untuk saya menuju ke basecamp pendakian. Ternyata tidak juga. Lokasi basecampnya cukup jauh dengan transportasi umum yang terbatas, sedikit membuat saya dan mungkin para pendaki lain kesulitan.

Rute transportasi umum yang saya gunakan adalah menuju kota Solo dengan kereta api. Lalu lanjut elf dari terminal Tirtonadi Solo (dekat dengan stasiun Solo Balapan) ke arah Tawangmangu dan berhenti di terminal Karangpandan, Karanganyar (perjalanan sekitar 2 jam dengan tarif Rp. 20.000). Dari Karangpandan sebenarnya ada angkutan umum sejenis elf menuju terminal Kemuning (tarif Rp. 10.000,-), namun karena saya tiba kesorean, sehingga sudah tidak ada angkutan tersebut. Opsi lain adalah ojek pangkalan atau ojek online. Setelah dicoba memesan via aplikasi, sulit sekali mendapatkan driver. Sekalipun dapat, selalu diarahkan untuk memesan offline dengan tambahan biaya dua kali lipat. Katanya karena medannya sulit. Meskipun masuk akal, tapi tidak masuk di budget saya. Hahaha.

Setelah menunggu agak lama di terminal Karang Pandan dengan sedikit hopeless, lalu munculah satu elf jurusan kemuning. Mas supir bilang dia sudah engga narik, tapi kalau mau diantar boleh saja, biayanya Rp. 150.000,-. Karena sudah capek dan semakin sore, akhirnya saya setuju dengan sedikit negoisasi, dapatlah harga Rp. 120.000,- sampai Basecamp (berdua). Lumayan lah, kalau dihitung jadi gak jauh beda. Karena kalau naik elf dengan tarif normal (10rb) sampai kemuning, masih harus ngojek ke BC sekitar 30-50ribu.

Alternatif transportasi lain menuju BC Candi Cetho dari Solo adalah dengan memesan taxi online langsung dari kota Solo. Tarifnya sekitar Rp. 250.000. Kalau ada teman 3-4 orang pastinya akan lebih hemat, ya!

Review Basecamp Lawu

Saya tiba di basecamp sekitar pukul 5 sore. Tidak seperti basecamp Sindoro atau Sumbing yang basecampnya di satu tempat, basecamp Lawu ini ada beberapa tempat, tinggal pilih saja. Sejenis basecamp di kawasan TNGGP gitu lah.

Karena salah satu teman sudah tiba duluan dan sudah transit di salah satu basecamp, akhirnya saya menuju ke sana. Sebuah bangunan rumah dengan ruangan sederhana yang dijadikan tempat stay para pendaki yang hendak naik atau turun. Fasilitasnya seperti layaknya basecamp gunung lain, hanya tempat istirahat beralas tikar lalu toilet dan ada juga warung nasi di sekitar.

Basecamp di Jalur Lawu Candi Cetho
Basecamp di jalur Candi Cetho

Kekurangan dari basecamp ini menurut saya adalah harus bayar setiap kali ke toilet! Duh menurutku ini ribet banget, terutama untukku yang lumayan sering ke toilet, entah untuk sekedar cuci muka, sikat gigi sebelum tidur, atau ganti pakaian. Rasanya, lebih baik bayar 1x untuk basecamp, sudah include toilet seperti di basecamp gunung lain.

Estimasi Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho

Basecamp ke POS 2

Saya beserta team yang kali ini total berjumlah 6 orang, memulai pendakian sekitar pukul 07:30 AM. Kata orang jalur pendakian akan melewati Candi, dan para pendaki diharuskan memakai selendang kain yang sudah disediakan. Namun karena pagi itu candi belum buka, jalur yang kita lewati melipir ke samping candi.

Berjalan beberapa meter dari basecamp, setelah melewati tangga pertama kita menemukan sebuah gapura yang juga terdapat bangunan loket. Disini pendaki mengisi data dan membayar simaksi sebesar Rp. 30.000/orang.

Gerbang Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho
Gerbang simaksi
Loket Simaksi Gunung Lawu via Candi Cetho
Loket simaksi

Dari pos simaksi, lanjut berjalan menuju POS 1 melewati jalan cor setapak. Sepanjang jalur menuju POS 1 ini menemukan area-area menarik. Seperti Candi Kethek, mata air Pancuran 7, juga area patung-patung lengkap dengan sajian-sajian (sesajen).

Candi Kethek Gunung Lawu
Candi Kethek, Gunung Lawu via Candi Cetho
Pancuran 7 Gunung Lawu via Candi Cetho
Pancuran 7, Gunung Lawu via Candi Cetho
Sesajen di Gunung Lawu
Sesajen di Gunung Lawu

Setelah melewati tangga panjang di sekitar pancuran 7, barulah memasuki jalur pendakian hutan atau bisa dibilang pintu rimba. Jalur masih cukup landai dengan medan semak belukar. POS 1 sebenarnya tidak jauh dari pintu rimba, mungkin hanya sekitar 300 - 500 meter, namun karena saat itu kami tidak melihat penandanya, jadinya gak ngeuh dan lanjut berjalan.

Setelah berjalan kurang lebih 1 jam, barulah kami saling bertanya "kok tidak sampai-sampai ke POS 1 ya?". Tidak lama kemudian, eh malah sampenya ke POS 2. Haduh, ternyata POS 1 sudah terlewat.

POS 2 ke POS 3

Kami tiba di POS 2 sekitar pukul 09:15 AM atau setelah berjalan kurang lebih 1 jam setengah dari basecamp. POS 2 ditandai dengan shelter alakadarnya untuk istirahat atau berteduh. Kamipun istirahat sejenak di POS 2, sebelum melanjutkan pendakian ke POS 3.

POS 2 Gunung Lawu via Candi Cetho
POS 2, Gunung Lawu via Candi Cetho

Akhir bulan september kebetulan awal masuknya musim penghujan. Siang itupun langit sudah mulai kelabu, sehingga kami tidak membuang waktu dan lanjutkan kembali pendakian menuju POS 3. Supaya gak kehujanan di jalur. Medan menuju POS 3 masih cukup landai atau paling tidak masih banyak bonusnya. Kadangkala menemui tanjakan yang lumayan curam namun pijakan sangat aman karena sudah berupa tangga-tangga tanah yang terbentuk alami.

Info Medan Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho
Tipe jalur menuju POS 3, Gunung Lawu via Candi Cetho

Baca Juga: Cara Menuju Air Terjun Grojogan Sewu di Kaki Gunung Lawu

POS 3 ke POS 4

Perjalanan ke POS 3 kami habiskan dalam 1 jam, dan tiba sekitar pukul 10:30 AM. Tiba di POS 3 dengan disambut kabut tebal yang tidak lama kemudian turunlah hujan lebat. Yah, niat hati gak mau kehujanan di jalur, tapi alam memang tidak bisa dilawan. Paling tidak hujan turun ketika kami sudah tiba di POS 3 sehingga bisa berteduh di shelter emergency yang ada di sana.

POS 3 Gunung Lawu via Candi Cetho
POS 3 Berkabut. Gunung Lawu via Candi Cetho
Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu
Berteduh di Shelter POS 3, Gunung Lawu via Candi Cetho

Beberapa pendaki memilih untuk mendirikan tenda di POS 3, namun kami tidak. Perjalanan ke puncak tentu saja lebih jauh dari POS 3 ini. Kami memilih untuk menunggu hujan reda dan akan melanjutkan pendakian ke POS berikutnya. Target masih sama, camp di Gupak Menjangan setelah POS 5. Oh ya, di POS 3 ini terdapat mata air dan toilet, sehingga lokasi yang nyaman untuk mendirikan camp disana.

Sejam sudah kami berteduh, akhirnya sekitar pukul 12:00 hujanpun mereda. Kami lanjutkan pendakian menuju POS 4, menembus kabut yang semakin menebal. Tanjakan-tanjakan menuju POS 4 sudah mulai curam, ditambah trek setelah hujan membuatnya semakin sulit karena licin.

Sekitar 1 jam 30 menit pendakian dari POS 3 ke POS 4. Dan tiba sekitar pukul 01:30 PM. Tidak lama setelah kami tiba di POS 4, hujan kembali turun dengan lebatnya. Entahlah, kami merasa sedang diberkati Tuhan dan Lawu. Sepertinya karena niat kuat untuk tidak kehujanan dijalur, jadinya kehujanannya di shelter. Hehehe. Berteduh kembali sekitar 1 jam lamanya, sebelum kembali melakukan pendakian ke POS 5.

POS 4 ke POS 5

POS 5 adalah POS terakhir sebelum tiba di camping area tujuan kami. Setelah tanjakan demi tanjakan dilewati, kami sampai di Bulak Peperangan, sebuah savana yang luas membentang. Sabana luas yang indah ini menjadi pertanda bahwa sebentar lagi akan tiba di POS 5. Hanya tinggal menyusuri sabana saja untuk ke POS 5. Sabana ini juga menjadi pertemuan antara jalur Candi Cetho dengan jalur Babar yang baru.

Bulak Peperangan Gunung Lawu via Candi Cetho
Sabana Bulak Peperangan, Gunung Lawu via Candi Cetho

Tiba di POS 5 sekitar pukul 04:10 PM, setelah mendaki kurang lebih 8 jam 30 menit. Wow, lama juga ya. Dan ini belum sampai di camping areanya. Ya memang sih, waktu ini sudah termasuk berteduh dua jam setengah tadi. Kalau tidak hujan mungkin lebih hemat waktu. Tapi diluar itu, jalur ke Puncak Lawu via Cetho ini saya akui cukup panjang, seperti yang dikatakan orang-orang.

Dari POS 5 masih harus naik ke atas untuk tiba di camping area Gupakan Menjangan. Sebenarnya banyak juga pendaki yang memilih mendirikan tenda di area POS 5 ini, tempatnya luas dan nyaman. Terdapat juga warung namun saat itu tidak buka karena bukan weekend. Setelah berjalan sekitar 30 menit dari POS 5, tibalah di area camp tujuan kita yaitu Gupakan Menjangan. Kami tiba sekitar pukul 04:40 PM.

Gupakan Menjangan Gunung Lawu
Gupakan Menjangan, Gunung Lawu via Candi Cetho

Langsung memilih area yang nyaman untuk mendirikan tenda. Kebetulan tidak banyak pendaki yang mendaki hari itu, hanya sekitar 3 grup saja atau sekitar 5 tenda yang berdiri di sana. Tidak lama setelah tenda berdiri, hujanpun kembali turun dengan sangat lebat. Alhamdulillah. Beneran nunggu kita sampe dulu kayaknya ini hujan. Hehe.

Summit ke Puncak

Semalam karena hujan, jadinya kami tidak melakukan aktivitas apa-apa. Setelah masak untuk makan malam, langsung berlindung dibalik sleeping bag masing-masing. Selain hujan, anginnya juga kencang, bergemuruh kayak ombak di laut. Agak ngeri suaranya semalaman, tidurpun kurang lelap.

Tidak bisa dipungkiri, image gunung lawu yang katanya mistis itu terasa kalau malam. Haha. Entahlah, mungkin karena sugesti aja. Seperti yang selalu saya bilang, saya tidak terlalu peka pada hal-hal mistis. Tapi saat itu agak lumayan kepikiran karena kebetulan saya sedang datang bulan. Kuncinya tetap positif thinking, jangan terlalu mengaitkan hal-hal gaib, sembari tetap menghargai dan percaya kita hidup berdampingan. Merinding dikit nikmati saja. Hehehe.

Pagi hari kami bangun saat waktu subuh, setelah teman-teman shalat subuh dan siap-siap, kami memulai pendakian summit ke puncak sekitar pukul 06:00 AM. Perjalanan mula-mula masih di area sabana, sebelum menemui tanjakan demi tanjakan menuju puncak.

Menuju puncak tidak ada POS lagi, hanya melewati beberapa penanda seperti Pasar Dieng yang dipercaya sebagai pasar gaib Gunung Lawu. Kemudian komplek Hargo Dalem, yang terkenal dengan warung-warungnya, warung tertinggi di ketinggian 3000an. Paling sohor adalah warung Mbok Yem.

Pasar Dieng Gunung Lawu via Candi Cetho
Pasar Dieng, Gunung Lawu via Candi Cetho
Gunung Lawu via Candi Cetho

Dari camping area ke Pasar Dieng sekitar 40 menit perjalanan, 10 menit kemudian sudah sampai komplek Hargo Dalem, dan 40 menit berikutnya tiba di Puncak Gunung Lawu. Jadi jika ditotal summit dari camping ground Gupakan Menjangan ke Puncak Gunung Lawu hanya sekitar 90 menit atau satu jam setengah.

Baca Juga: Seharian di Malang Kemana Aja? Rekomendasi ODT Malang

Kami tiba di Puncak Hargo Dumilah Gunung Lawu sekitar pukul 07:30 AM. Wah cepet juga ya. Karakter jalur Lawu via Cetho ini mirip dengan Gede via Putri, ke camping ground jauh, tapi summitnya relatif dekat.

Puncak Hargo Dumilah Gunung Lawu
Puncak Hargo Dumilah Gunung Lawu via Candi Cetho

Kami diam di puncak sekitar satu jam saja. Menikmati pemandangan, perbekelan sambil mengabadikan momen dengan berswafoto. Gak sabar juga ingin cepat turun ke Hargo Dalem dan mampir warung Mbok Yem untuk makan pecel.

Warung Mbok Yem Gunung Lawu
Warung Pecel Mbok Yem, Gunung Lawu via Candi Cetho

Pukul 10:00 AM kami sudah tiba kembali di camping ground. Lanjut beres-beres, bongkar tenda, kemudian mulai perjalanan turun ke basecamp sekitar pukul 11:00 AM. Perjalanan turun pastinya sedikit lebih cepat. Setelah sampai di POS 2 hujan mulai turun, kami memutuskan untuk lanjut turun tanpa menunggu reda seperti saat berangkat. Toh sudah mau pulang, gak apa-apa lah basah-basahan. Hehehe.

Tiba di basecamp sekitar pukul 15:30, artinya perjalanan turun hanya memakan waktu kurang dari 5 jam. Alhamdulillah, perjalanan yang panjang namun menyenangkan.

Gunung Lawu via Cemoro Kandang

Kesimpulan

Gunung Lawu, yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, memiliki ketinggian 3.265 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung ini menawarkan panorama alam yang memukau, udara segar, dan pengalaman spiritual yang mendalam.

Candi Cetho, sebagai salah satu jalur pendakian resmi Gunung Lawu memiliki jalur yang tidak hanya menantang secara fisik, tetapi juga kaya akan nilai budaya dan sejarah. Candi Cetho sendiri adalah candi Hindu yang dibangun pada abad ke-15 saat masa akhir Kerajaan Majapahit. Candi ini terletak di ketinggian sekitar 1.400 mdpl dan menjadi titik awal pendakian yang penuh makna spiritual.

Bagi saya pribadi, pendakian ke Gunung Lawu ini sangat berkesan. Saya pergi tanpa ekspektasi apa-apa dan dibuat terpukau dengan keindahan dan pengalamannya. Disana bukan sekadar perjalanan menaklukkan ketinggian, tapi juga mengajak untuk merenungi hubungan antara manusia, alam, dan spiritualitas. Lawu underrated, dulu saya kurang tertarik, ternyata Lawu begitu menarik. Katanya mistis, nyatanya eksotis.

Catatan

Ada beberapa catatan dan juga merupakan kesimpulan dari pengalaman pendakian ke Gunung Lawu.
  • Pilihan transportasi AKAP menuju BC Candi Cetho adalah bus ke Terminal Solo atau Karangpandan dan kereta api ke Stasiun Solo.
  • Angkutan menuju BC Candi Cetho dari kota Solo atau Karanganyar adalah elf ke Kemuning, lalu ojek ke basecamp Candi Cetho
  • Entry Fee pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho adalah Rp. 30.000,-/orang.
  • Jalur Candi Cetho terkenal dengan medan yang panjang dan curam. Persiapkan stamina dan mental sebelum mendaki.
  • Jalur ini dimulai dari Candi Cetho, yang merupakan tempat suci bagi umat Hindu. Selalu jaga sopan santun dan hormati adat setempat.
  • Jika memungkinkan, mendakilah pagi hingga siang agar bisa tiba di camping ground sebelum hari gelap. Estimasi dari basecamp ke camp area 6-8 jam perjalanan santai.
  • Pastikan peralatan dan perlengkapan serta logistik mencukupi. Tidak ada warung di jalur ini saat weekday. Namun untuk air, jalur ini memiliki sumber mata air di POS 3. Tapi paling tidak siapkan1,5 liter untuk bekal di perjalanan naik/turun.
  • Jangan tinggalkan sampahmu di gunung ya!
  • Jangan sembrono dalam bertutur dan berlaku saat di gunung Lawu. Permisi permisi-lah setiap lewat jalur, buang air kecil dan buang air besar. Termasuk sepanjang jalur akan menemukan banyak barang dan sesajen. Jangan terlalu mengaitkan kepada hal-hal mistis, namun tetap menghargainya.

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca artikel ini hingga selesai. Senang bisa berbagi pengalaman dengan teman-teman semua. Semoga informasi tentang pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho ini bisa menjadi referensi bagi teman-teman yang sedang mencari info tentang pendakian Gunung Lawu.

Posting Komentar

Posting Komentar