2211 mpdl, nampak tidak terlalu tinggi untuk ukuran gunung di Indonesia yang rata-rata bisa 3000 mdpl. Namun mengapa Gunung satu ini terkenal dengan gunung yang sulit didaki bahkan menjadi penakluk para pendaki. Konon sekalipun sudah menjelah ke gunung-gunung yang lebih tinggi, tapi ketika diajak mendaki Gunung Salak mereka akan ciut. Entah mitos atau fakta. Kira-kira kenapa ya?
Gunung Salak atau Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) berada di 2 kota, yaitu Sukabumi dan Bogor. Namun untuk pintu pendakian resminya dua-duanya berada di Sukabumi, tepatnya di Cidahu dan Cimelati, kec. Cicurug.
Selain dikenal dengan treknya yang sulit, Gunung Salak juga sangat kental dengan cerita-cerita mistisnya. Banyak kejadian-kejadian janggal yang terjadi di Gunung Salak, mungkin yang paling terkenal adalah jatuhnya pesawat superjet Sukhoi beberapa tahun silam. Namun ternyata bukan itu saja, konon sudah 5 pesawat yang tercatat jatuh di kawasan Gunung Salak sepanjang sejarah. Di Gunung Salak juga banyak petilasan-petilasan, sehingga sering menjadi tujuan meditasi orang-orang dengan maksud tertentu.
Kejadian-kejadian mistis juga sering dialami oleh para pendaki. Tidak sedikit cerita tentang pendaki yang tersesat, tidak bisa keluar dari hutan berkabut gunung salak. Bahkan banyak juga yang sampai meninggal, biasanya faktor kelelahan, kehabisan logistik, atau kecelakaan. Namun hal itu ternyata tidak menyurutkan minat para pendaki untuk mendaki ke puncak Gunung Salak. Karena ya.. dibalik cerita-cerita pendaki yang 'bermasalah' di gunung salak, banyak juga kok yang aman-aman saja. Bisa pergi dan pulang dengan selamat. Memang kita tidak bisa menyamaratakan, nasib orang kan berbeda-beda.
Begitupun saya yang 2 kali mendaki Gunung Salak. Alhamdulillah tidak pernah mengalami hal-hal janggal yang diluar nalar. Mungkin karena saya tidak terlalu peka terhadap hal-hal seperti itu. Cukup membantu sih biar gak overthinking. Hehe. Rasanya sama saja seperti mendaki gunung lain, yang gak sama cuma satu, capeknya!
Mendaki Gunung Salak via Basecamp Cimelati
Sejak awal pandemi 2020 kayaknya belum pernah naik gunung yang beneran. Rasanya kangen banget ingin mendaki lagi. Sebenarnya sih, sebelum Ramadhan sempat hiking santai ke gunung mini daerah Bandung, tapi jujur ambience nya kurang dapet. Soalnya cuma tektok tanpa menginap, jadi kurang berasa naik gunungnya. Hehe.
Baca Juga: Info Pendakian Gunung Gede via Gunung Putri / Cibodas / Selabintana
Di sela-sela kebosanan #dirumahaja, entah kenapa jadi kepikiran untuk ke Gunung Salak lagi, padahal jujur gunung ini hampir membuatku kapok naik gunung. Kebetulan juga ada teman yang ngajak ingin kesana. Selain karena hasrat ingin ke gunung sudah sangat kuat, alasan saya setuju untuk ke Gunung Salak tentu soal jarak. Tau sendiri lah sekarang kemana-mana susah, sekat sana sekat sini. Belum lagi ketakutan akan si virus corona masih menghantui saja, mau naik kendaraan umum jadi banyak mikirnya. Berhubung Gunung Salak terbilang dekat dari rumah, jadi yaudah yuk!
Hari itu, Sabtu 29 Mei 2021, 2 minggu setelah Idul Fitri pendakian saya ke Gunung Salak untuk yang kedua kali. Bersama beberapa teman, saya menuju basecamp di daerah Cimelati, kec. Cicurug, kab. Sukabumi. Cukup berkendara sekitar 1 jam saja dari tempat tinggal saya di pusat kota Sukabumi. Karena dekat, kita gak nginep di basecamp, namun berangkat pagi-pagi sekitar pukul 6. Tujuan kami adalah mendaki ke Puncak Manik atau Puncak Salak 1, konon Gunung Salak memiliki 12 puncak. Wow ya.
Untuk menuju basecamp Cimelati bisa mengikuti maps, cukup akurat kok. Sebelum masuk kawasan Taman Nasional, kita akan lebih dulu sampai parkiran. Dari parkiran kita perlu berjalan kaki sekitar 20-30 menit melewati jalanan kecil berpaving block. Barulah kita akan sampai di loket TNGHS. Sudah cukup ngos-ngosan lho sampai sini saja.
Jalur Cimelati ini baru diresmikan sekitar 1 tahun, atau tepatnya di awal tahun 2021 ini. Tadinya jalur ini dikelola oleh para pemuda daerah setempat, sebelum akhirnya diambil alih Taman Nasional dan dijadikan jalur resmi. Jujur pangling banget sih basecampnya, karena 4 tahun yang lalu sepertinya belum ada tuh bangunan-bangunan ini. Di basecamp Cimelati fasilitasnya cukup lengkap, ada toilet, mushola, warung, gajebo-gajebo untuk istirahat (bisa juga untuk bermalam kalau jauh).
Jalur ini dibuat lebih dekat karena memotong jalur tengah ke Puncak Gunung Salak, khususnya Puncak Manik 1. Kalau jalur lainnya seperti Cidahu melewati punggungan jadi dibuat memutar. Namanya jalur singkat maka wajar kalau Cimelati medannya lebih sulit dan curam. Salah satu kekurangannya jalur ini yaitu tidak melewati kawah aktif Gunung Salak atau Kawah Ratu, jadi gak bisa mampir dulu.
Sesampainya di loket, kami mengurus perizinan dan membayar simaksi sebesar 34.000/orang untuk pendakian 2 hari 1 malam. Sambil menunggu 1 orang teman yang nyasar ke basecamp sebelah, kami istirahat sejenak sambil beres-beres barang bawaan. Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10. Setelah anggota lengkap, kami siap-siap untuk memulai pendakian. Bismillah.
Perjalanan dari Basecamp ke Pos 2
Total ada 5 orang teman mendaki saya hari itu, 3 wanita dan 2 laki-laki. Start dari loket (ketinggian +- 850 mdpl) pukul 10:10, kami mulai berjalan menyusuri tangga paving block yang menanjak. Sekitar 500 meter, jalan sudah berubah menjadi tanah, dan dari sini kita sudah memasuki pintu rimba atau batas hutan.
Jalanan masih tetap menanjak namun kemiringan masih 20-30 derajat saja. Sudah berjalan 1KM, POS 1 belum kelihatan juga, padahal konon jaraknya tidak terlalu jauh. Kami terus berjalan hingga jarak 1,7KM, samar-samar terlihat tulisan plang di pohon, tapi ternyata tidak tertulis POS 1 disana, melainkan POS 2. Lah, POS 1nya manaaa.
Nampaknya POS 1 sudah terlewat, namun plangnya tidak terpasang entah rusak atau ada yang merusak. Kalau boleh menebak, mungkin jarak dari basecamp (loket) ke POS 1 sekitar 1,2KM, bisa ditempuh dengan 1 setengah jam perjalanan. POS 1 ditandai dengan pipa mata air yang bisa diambil airnya (pas pulang baru ketauan POS 1 nya dimana).
Sementara itu untuk jarak dari POS 1 ke POS 2 cukup dekat, hanya sekitar 500 meter saja. Saat itu kami tiba di POS 2 pukul 12:20, artinya sudah berjalan kurang lebih 2 jam dari loket. POS 2 berupa tanah datar yang bisa dijadikan lahan camping, bisa menampung sampai 10 tenda atau lebih.
POS 2 ke POS 3
Kalau tadi POS 1 ke POS 2 cukup dekat dengan paling tidak 30 menit jalan kaki, POS 2 ke POS 3 ternyata lebih dekat lagi. Yakni hanya 200 meter atau 10 menit saja. Di POS 3 juga terdapat mata air, namun harus sedikit melipir ke bawah karena tidak berada pas di jalur pendakian. Harus sedikit berhati-hati untuk mengambil air di POS 3 ini. Di pos ini juga bisa mendirikan tenda dengan lahan yang lumayan luas.
Pendakian hari itu sangat sepi, mungkin hanya bertemu 1-2 rombongan pendaki saja. Info dari pihak basecamp sih katanya kebanyakan yang tektok alias pergi-pulang, dan benar saja, di jalur pendakian kami banyak berpapasan dengan para pendaki tektok yang hendak turun. Biasanya kalau untuk tektok akan mulai subuh atau pagi-pagi sekali, dengan target sudah sampai bawah sebelum gelap. Gunung Salak memang salah satu gunung yang tidak terlalu populer, artinya jarang diserbu pendaki. Diantaranya karena alasan-alasan yang sudah dibahas diatas. Jadi kalau kesini gak usah takut overload meskipun weekend.
Baca Juga: Informasi Pendakian Gunung Burangrang via Legok Haji, Bandung Barat
POS 3 ke POS 4
Sejenak istirahat di POS 3, sekaligus menyiapkan stamina. Karena konon trek Gunung Salak yang sebenarnya dimulai dari sini. Dan benar saja, beranjak sedikit dari POS 3 kami sudah dihadapkan dengan tanjakan-tanjakan dan jalur yang menyebalkan.
Hutan Gunung Salak yang lembab membuat trek cenderung basah meskipun sedang tidak hujan. Sangat tidak direkomendasikan untuk memakai sandal jika mendaki kesana. Usahakan pakai sepatu ya, karena selain tanahnya lembab trek juga di dominasi akar yang harus dipanjat dan cukup licin.
Waktu masih menunjukan pukul 13:30, namun kabut sudah turun dengan sangat tebal. Bukan gunung salak kalau gak berkabut. Seperti namanya sendiri yaitu Halimun Salak yang dalam bahasa sunda halimun itu berarti embun atau kabut. Jalur sudah gelap berkabut, pas banget suasanya kalau untuk orang yang suka cocoklogi dengan hal-hal mistis. Hehe. Tapi untungnya kami tidak merasakan apa-apa, selain perasaan was-was karena takut hujan. Bayangin trek yang sudah sulit, ditambah hujan ah pasti lebih mantap.
Benar saja, 30 menit berselang, sekitar pukul 14:00, masih dalam perjalanan menuju POS 4, byurrrr hujan turun dengan lebatnya. Kami berteduh sebentar sambil menyiapkan jas hujan, tapi sepertinya tidak begitu berguna karena hujan turun sangat lebat. Dengan terpaksa kami harus terus berjalan dibawah hujan, agar tidak terlalu kedinginan dan tidak kemalaman di jalur.
Sudah berjalan 3 jam lebih dari POS 3, namun POS 4 belum juga kelihatan. dari 3 ke 4 itu katanya sih memang trek yang paling panjang dan paling susah. Setelah berjalan 5 jam dan 4 jam terakhir berjibaku dengan hujan, kami tiba di POS 4 sekitar pukul 6 sore.
Sungguh diluar prediksi, yang saya kira akan tiba di puncak sebelum gelap, ini magrib baru sampai POS 4 dong, artinya masih harus melewati 1 pos lagi untuk ke puncak. Sempat terpikir untuk mencari lahan kemping di pos 4 atau pos berikutnya dan melanjutkan ke puncak esok hari. Karena sudah lelah dan dingin kehujanan, belum lagi lapar. Hahaha. Sayangnya POS 4 ini sempit, mungkin cukup untuk mendirikan 2 tenda saja dan itupun sudah ada yang mengisi. Kami coba lanjutkan lagi perjalanan, berharap menemukan lahan kosong untuk bisa mendirikan tenda.
POS 4 ke POS 6 (Puncak Manik Salak 1)
Berjalan, memanjat, kepeleset begitu saja terus yang terjadi saat mendaki lepas dari POS 4 ini. Dibawah guyuran hujan dan hanya dengan bantuan cahaya lampu senter, jalur pendakian terasa semakin sulit saja. Gunung Salak benar-benar tidak ada bonusnya. Dari awal menanjak terus, gak pernah ada jalur datar selain di POS. Trek yang semakin curam dengan kemiringan hampir 90 derajat, ditambah hujan yang terus menerus, membuat jalur semakin licin.
Stamina sudah menurun, emosi juga semakin tidak stabil, pikiran-pikiran burukpun sekilas selalu menghampiri, namun harus buru-buru ditepis biar gak panik. Sempat terpikir apakah kami tersesat? Karena benar-benar tidak bisa melihat seperti apa jalur di depan, berkabut, gelap, pepohonan masih sangat rimbun yang artinya kami masih di perut hutan. Terlebih kok gak nyampe-nyampe ya?! Saya pribadi sudah benar-benar lupa bagaimana kondisi jalur ke Gunung Salak ini, lupa bagaimana keadaan di setiap pos dan di puncaknya. Jadi agak sedikit kurang percaya diri saat itu.
2 jam sudah kami berjalan dari POS 4, namun puncak maupun POS 5 belum juga kelihatan. Dengan perasaan yang tidak menentu, kami terus berjalan dengan saling menyemangati. Tidak ada lagi canda tawa selain terus berjalan dan fokus pada pijakan masing-masing. 3 jam, 4 jam berlalu, sudah sedikit frustasi namun tidak lama secercah harapan datang. Cahaya dari langit sudah mulai kelihatan. Nampaknya lagi-lagi kami melewatkan POS 5 yang entah dimana, tiba-tiba saja sudah melewati batas vegetasi yang berarti puncak semakin dekat.
Akhirnya, setelah memanjat satu tanjakan terakhir, saya melihat bangunan makam atau petilasan. Saya ingat bagian ini. Di puncak Gunung Salak memang terdapat 1 makam atau petilasan. Banyak versi mengenai makam atau petilasan ini, namun banyak orang percaya dan sering melakukan ziarah kesana.
Senang bukan kepalang. Kami tiba di puncak Gunung Salak sekitar pukul 10 malam setelah mendaki kurang lebih 12 jam lamanya. Amazing. Sungguh diluar dugaan. Saya masih ingat pendakian pertama ke Gunung Salak saat itu memakan waktu sekitar 9 jam, dan saya rasa paling lama diantara yang lain. Kirain sekarang bakal lebih cepet, eh malah lebih parah. Haha. Memang alam tidak untuk di prediksi manusia. Meski begitu, meski sangat lelah dan gemetar kedinginan kami senang sudah sampai puncak dengan selamat.
Berkemah di Puncak Gunung Salak
Setibanya di puncak, buru-buru kami gelar tenda. Dinginnya saat itu sudah tidak bisa ditolerir lagi, sampe kebas tangan susah digerakin. Wajarlah abis basah-basahan 8 jam, coba bayangin. Gak kebayang kan?! Hehe. Setelah tenda berdiri, lanjut membuat perapian untuk memasak dan menghangatkan tubuh. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam, sebenarnya sudah ingin masuk tenda dibalut sleeping bag, tapi perut tidak bisa dikomporomi. Apalagi dalam keadaan dingin, bawaannya laper.
Setelah prosesi pengisian perut selesai, buru-buru masuk tenda masing-masing dan waktunya istirahat, saat itu jam sudah menunjukan pukul 1 malam. Alhamdulillah akhirnya. Gak sabar nunggu besok biar bisa berjemur dibawah matahari pagi Gunung Salak.
Baca Juga: Air Terjun, Pantai, Bukit, Lengkap, Panduan Wisata ke Ciletuh Geopark Sukabumi
Pagi menjelang, matahari mulai terbit dan menyebarkan kehangatan kepada kami yang sedari malam kedinginan. Tidak banyak yang dilakukan pagi itu, selain menikmati alam dengan sesekali mengabadikan moment. Rencananya kami akan turun pagi-pagi, karena sudah terbayang bagaimana sulitnya trek turun yang akan kami lalui, apalagi selepas hujan lebat tadi malam. Pastinya akan butuh waktu panjang (lagi) untuk sampai ke bawah, dan kami ogah kalau harus kemalaman di jalan.
Pulang
Selesai sarapan, kami berkemas untuk segera melakukan perjalanan turun. Saat itu waktu menunjukan pukul 09:30, apakah kami akan menghabiskan waktu 12 jam lagi untuk perjalanan turun ini? Yang berarti akan sampai basecamp jam setengah 10 malam. Hahaha. Semoga saja tidak.
Bagi kalian yang muslim, sebelum pulang sempatkan untuk kirim alfatihah di makam atau petilasan yang ada di puncak Gunung Salak. Berharap syafaat dari orang shaleh tidak ada salahnya. Banyak lho yang bela-belain mendaki kesana hanya untuk berziarah, seperti saat perjalanan turunpun kami bertemu dengan gerombolan orang yang hendak naik untuk berziarah, katanya sih dari salah satu pesantren jumlahnya sekitar 70 orang (info dari basecamp).
Perjalanan turun kami tempuh dalam 9 jam perjalanan. Tidak separah kemarin tapi ini masih termasuk lambat. Perjalanan turun benar-benar memerlukan kekuatan kaki yang mumpuni, karena terus-terusan digempur turunan, kaki harus kokoh menahan beban. Kalau tidak, sangat rentan keseleo seperti yang dialami salah satu teman saya. Akibat ada teman yang cedera, tempo perjalananpun semakin melambat. Jadi 9 jam itu untuk perjalanan yang sangat santai ya dan banyak rehatnya. Bahkan di pos-pos akhir kami sempat menelpon pihak basecamp untuk meminta bantuan, tentunya setelah mendapat signal. Sekitar di POS 2 bantuan dari basecamp pun datang, cukup sigap sih para rangernya. Jadi saran untuk kalian, harus banget simpan kontak basecampnya, biar kalau ada apa-apa gampang.
Kami tiba di basecamp atau area loket sekitar pukul 7 malam. Untungnya hari itu tidak hujan. Kalau iya, mungkin akan lebih lama lagi. Apakah mungkin berkah dari doa para santri yang hari itu sedang berziarah ke atas? Wallahu alam tapi bisa jadi. Hehe
Tanpa berlama-lama, setelah bersih-bersih di basecamp kami lanjut berjalan ke area parkiran yang mana masih 30 menitan lagi dari loket. Sesampainya di parkiran kami berpisah untuk masing-masing melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Saya pribadi tiba di rumah sekitar pukul 11 malam, setelah sempat mampir makan dulu di jalan. Super lelah. Badan berasa riksek dan kaki sudah mulai pegal-pegal, tapi Alhamdulillah sangat bersyukur sudah sampai di rumah dengan selamat.
Akhir kata, terimakasih pengalaman dan pelajarannya wahai Gunung Salak, meskipun entah saya mau mengulang untuk ketiga kalinya atau tidak. Karena jujur saja, saat pulang dari salak tahun 2017 lalu, dalam hati kecil bergumam "cukup sekali saja ke gunung salak", saking capeknya. Butuh 1 minggu untuk recovery kaki yang pegal-pegal yang bener-bener susah digerakin saat itu, maklum pas masih newbie pake banget. Hehe. Meski bikin kapok, nyatanya saya ke Gunung Salak lagi 4 tahun kemudian. Kalau ditanya bagaimana kesan pendakian kedua ini? Jawabannya masih sama "cukup dua kali ke gunung salak" :).
Tonton videonya yuk!
4 komentar
Rencana mau solo, tapi takut nggak dapet izin. Saya masih 18 tahun soalnya.
Ngajak temen juga gaada yang berani, katanya banyak hal mistis.