Ada yang baru tau kalau di Bromo bisa berkemah alias camping? Sama, saja juga! Dulu selalu mengira ke Bromo harus berangkat tengah malem alias midnight trip seperti biasanya. Itu juga yang saya lakukan beberapa tahun lalu saat pertama kali ke Bromo. Rasanya belum pernah melihat teman ataupun orang lain yang membagikan pengalaman berkemah di Bromo, jadi saya pikir memang tidak boleh. Sebelum akhirnya beberapa waktu lalu mencoba sendiri pengalaman tersebut.
Ya, camping di Bromo. Rencana yang sebenarnya tidak terencana alias unplanned. Pelarian dari rencana awal yang harus meleset. Jadi ceritanya, saat itu saya berkunjung ke Malang (lagi) untuk melakukan pendakian ke Gunung Semeru. Begitu kuota pendakian bulan Desember dibuka, saya langsung booking dan dapetlah untuk tanggal 10 Desember. FYI proses booking pendakian Semeru ini super susah, apalagi kuota di masa NEW NORMAL dibatasi hanya 100 orang per hari. Belum lagi karena online jadinya sering error, makanya pas dapet tuh kaya dapet harta karun, seneng banget!
Super excited karena itu pendakian pertama saya ke kawasan Gunung Semeru. Namun ternyata dewi fortuna belum berpihak, sekitar awal-awal bulan Desember ada kabar bahwa aktifitas vulkanis Gunung Semeru meningkat sampai beberapa kali erupsi. Pendakianpun ditutup :( kecewa? Tentu. Disaat semua sudah siap dan sangat bersemangat, saya dan kawan-kawan harus memutar otak dan memikirkan akan lanjut atau batal pergi. Cukup galau waktu itu, karena meskipun destinasi di Malang sangat banyak tapi kami (terutama saya) tetep ngebet untuk ke Gunung Semeru, destinasi utama saya saat itu.
Sambil menunggu info terbaru, kami terus kordinasi dengan operator jeep yang sudah di booking buat nganter ke Semeru sedari awal. Tapi kondisi gunung tidak juga membaik, sepertinya memang belum berjodoh untuk mendaki Semeru. Mas driver mencoba menawarkan opsi lain kepada kami, untuk ke Bromo saja. Tapi gimana yaaaa, bukan tidak ingin ke Bromo lagi tapi kaya not as expected gituloh. Mungkin karena masih kecewa juga saat itu.
Namun, saat mas driver alias operator jeep kenalan saya menawarkan untuk camping d Bromo, semangat itupun seperti muncul lagi. Sambil bertanya-tanya emang boleh ya camping di bromo? Katanya sih bisa, beliau siap bantu sampai berhasil. Hehe. Okelah, akhirnya saya dan kawan-kawan sepakat untuk berangkat saja, karena sayang juga sih, sudah pegang tiket kereta PP.
Berkemah di Bukit Cinta kawasan TNBTS
Hari itu tgl 10 desember 2020, saya dan kawan-kawan menuju tempat mas Yusfi yang sudah sepakat untuk mengantar camping di Bromo. Beliau tinggal di daerah Tumpang. Kebanyakan driver jeep yang biasa mengantar ke Bromo atau Semeru memang berasal dari daerah tersebut.
Kami tiba sekitar dzuhur, dan sudah disambut oleh mas Yusfi di basecamp. Rencananya kami mau berangkat sore ba'da ashar. Sambil istirahat kami packing ulang perlengkapan. Berhubung saat itu bulan Desember dan sering terjadi hujan, agak khawatir juga sih bakal keujanan di jalan. Apalagi sengaja pakai jeep yang terbuka. Tapi Alhamdulillah sampai kami berangkat sekitar pukul 15:30 langit hanya mendung-mendung kelabu.
Perjalanan dari Tumpang menuju TNBTS kurang lebih sekitar 2 jam. Pukul 17:00 kami sampai di loket Taman Nasional, mas Yusfi selaku guide kami turun untuk lapor dan membayar uang masuk. Tidak berapa lama beliau kembali dan kami bisa melanjutkan perjalanan. 15 menit berselang, sampailah kami di persimpangan jalan antara Bromo dan Ranupani (Semeru). Kabut tebal menyelimuti kawasan TNBTS sore itu, kami istirahat sejenak di persimpangan sambil menikmati suasana sekitar yang sudah terasa dingin.
Saya pribadi sangat menikmati perjalanan sore itu, sambil melihat kanan-kiri karena Masyaa Allah sepanjang jalan indah banget! Jalanan melewati hutan yang sejuk dan sesekali terlihat lembah-lembah hijau yang indah diselimuti kabut. Jujur meski bukan pertama kali melewati jalan itu, tapi rasanya baru. Karena dulu lewat kesana saat tengah malam, jadi gak keliatan apa-apa. Trus pas pulang kalau tidak salah sih tidur sepanjang jalan haha malkum kecapean dan gak tidur semalaman.
Yang terasa berbeda sih dulu (tahun 2018) jalannya rusak lumayan parah, karena meski berangkat gelap tapi terasa sekali saat melewati jalanan aspal yang rusak ditambah tanjakan-tanjakan. Tapi kemarin, rasanya kok gak melewati jalanan rusak ya, aspalnya mulus hampir seluruhnya.
Selesai istirahat dan foto-foto di persimpangan jalan, kami naik kembali ke Jeep dan siap untuk melanjutkan perjalanan. Dari persimpangan itu kita belok kiri untuk ke Bromo (lurus untuk ke Ranupani atau Semeru). Sebenarnya sudah hampir sampai, tinggal turun sedikit sudah sampai di lautan pasir bromo. Jam sudah menunjukan pukul 17:30, matahari sedang turun ke peraduannya.
Sepi banget! Tidak seorangpun yang kami temukan diantara lautan pasir bromo yang membentang luas itu. Sepertinya memang hanya kami yang berada disana sore itu. Setelah melewati lautan pasir, seperti biasanya jeep akan diarahkan menanjak ke area sunrise point. Biasanya lokasi untuk berburu sunrise paling favorit adalah di Bukit Pananjakan. Namun karena disana tidak ada area kosong untuk mendirikan tenda dan esok pagi pasti rame banget, akhirnya kami memutuskan untuk camping di spot Love Hill (Bukit Cinta). Lokasinya berada sedikit dibawah Bukit Pananjakan.
Setelah menemukan spot yang pas, buru-buru deh gelar tenda. Berhubung mulai turun gerimis dan hawa dingin semakin menusuk. Duh duh... Kenapa dingin banget ya Bromo itu. Rasanya jika dibandingkan dengan gunung-gunung lain yang ketinggiannya diatas Bromo, tetap Bromo lebih dingin. Apa perasaan saya saja? Badan berasa nge-freeze, brrr...
PR banget kalau teman-teman nanti camping di Bromo pokoknya harus siapin gear yang benar. Jaket, sarung tangan, kaos kaki, upluk, syal dan penghangat lainnya, jangan lupa sleeping bag yang anget ya, jangan asal-asalan. Atau kalian gak bisa tidur semalaman karena kedinginan.
Setelah tenda berdiri, tidak banyak yang kami lakukan. Langsung pada masuk tenda karena ya itu tadi, diluar dingin. Anginnya lumayan kenceng sampai terdengar gemuruhnya, tapi untungnya gak jadi hujan. Meski belum mau tidur, kami hanya asik di tenda masing-masing. Sampai tidak terasa terlelap dengan sendirinya.
Pagi menjelang, udara Bromo semakin dingin saja. Tapi rasanya tidak sabar untuk keluar tenda melihat suasana di sekitar. Meski remang-remang, tapi pemandangan sudah mulai terlihat. Wow... Masyaa Allah... akhirnya bisa melihat lagi view yang sama seperti ini. Apalagi sekarang dengan pengalaman yang lain. Alhamdulillah, bersyukur sekali.
View dari Bukit Cinta atau Love Hill ini kurang lebih sama seperti Bukit Pananjakan, hanya lokasinya saja yang lebih rendah. Tapi sih, di lokasi Bukit Cinta ini ada 2 bukit dan satunya lagi agak tinggi. Kebanyakan orang-orang yang baru datang mereka menikmati sunrise di bukit sana, kalau kami mah males, jadi dari sini saja.
Matahari pagi itu agak malu-malu, meski tertutup awan tapi lama-lama keluar memberi kehangatan. Sambil menikmati suasana alam yang indah dan sesekali mengabadikannya, kami isi pagi itu dengan masak-masak untuk sarapan. Sebenarnya tinggal turun ke bawah bukit sudah ada warung berjejer, tapi rasanya kurang pas aja kalau camping gak masak-masak. Selesai masak dan sarapan, kami beres-beres bersiap untuk turun ke lokasi pasir berbisik dan kawah bromo. Sekitar pukul 09:00 semua sudah siap dan memulai lagi perjalanan dengan Jeep.
Tinggal turun sedikit sudah sampai di lautan pasir Bromo, spot-spot tujuannya sih seperti biasa ya, kaya Lautan Pasir, Kawah + Pura-nya dan satu lagi Bukit Teletubbies.
Kawah Bromo
Ini kali pertama saya naik ke area kawah bromo. Dulu tidak ikut naik karena males capek, akhirnya menyesal dan bertekad pokoknya kalau kesana lagi harus naik ke kawah. Jadi meskipun panas tengah hari saya dan kawan-kawan tetep semangat naik ke area kawah. Dari parkiran jeep lokasi kawah ini lumayan jauh dan perlu berjalan kaki sekitar 30 menit. Awalnya jalanan hanya menyusuri pasir landai, kemudian menjelang sampai, treknya semakin menanjak. Itu belum termasuk naik tangga ya, konon ada 200 anak tangga yang harus ditaklukan untuk sampai ke puncak kawah.
Untuk menghemat waktu dan tenaga, kita bisa menyewa kuda yang banyak dijajakan disana, start dari parkiran jeep sampai dekat tangga itu ratenya sekitar 50-100 ribu tergantung kelihaian tawar menawar. Tapi kalau kalian punya uang lebih, tidak usah di tawar ya. Di masa pandemi seperti sekarang, tentu pengunjung tidak seperti biasa sehingga pendapatan para pencari nafkah di area wisata menjadi tak menentu. Berbagi sajalah.
Oh ya selain menjadi tempat wisata, kawah bromo ini juga menjadi kawasan suci untuk para suku tengger yaitu suku asli yang mendiami kawasan gunung bromo. Selain tentunya Pura suci yang berada di bawah kawah. Kemarin saya banyak menemui orang-orang tengger yang sedang beribadah, salah satunya mereka menyimpan sesaji di sekitar bibir kawah.
Sekitar pukul 12 siang kami sudah kembali dari kawah dan sampai di parkiran jeep. Agak sedikit berbeda disana, parkiran Bromo yang biasanya berjejer jeep rupa-rupa warnanya, sekarang hanya beberapa saja. Warung-warung jongkopun tidak banyak yang buka. Padahal tadinya mau nyari nasi jagung yang cuma saya temuin di Bromo, tapi gak ada. Yowis lah makan bakso malang aja, lumayan untuk pengganjal dan menghangatkan tubuh. Kapan lagi makan bakso ditemani view yang keren begini.
Selepas makan, yuk kita lanjut lagi perjalanan. Spot berikutnya adalah Pasir Berbisik dan Bukit Teletubies. Sebenarnya sudah agak capek, tapi mampir sebentar saja lah daripada penasaran. Hehe. Cuma foto-foto bentar lanjut pulang karena langit sudah mulai mendung, seperti akan turun hujan. Dan benar saja, 30 menit menjelang sampai ke basecamp hujanpun mengguyur dengan sangat lebatnya. Alhamdulillah ala kulli hal, bersyukur saja karena sudah mau sampai jadi gak apa-apalah kebasahan dikit. Hehe.
Mungkin sampai sini dulu ya sharing pengalaman saya mengenai cara lain menikmati Bromo, yaitu berkemah alias camping di Bromo. Mungkin saja bisa memberikan sedikit info bagi yang baru tau kalau di bromo ternyata bisa berkemah, karena jujur saya pribadi saja baru tau. Selanjutnya bisa kawan-kawan coba ya untuk pengalaman lain menikmati Bromo, biar gak bosen.
Tapi sih Bromo mah gak akan ngebosenin, soalnya setiap sudut indah banget. Sependek pengalaman saya mengunjungi sedikit tempat, alam bromo masih salah satu yang terkeren. Setuju gak?
Oh ya saya mau bagi kontak mas Yusfi si operator jeep yang udah nganter saya dan kawan-kawan camping di Bromo. Saya merasa perlu merekomendasikannya karena merasa puas diurusin beliau selama ngetrip ke Bromo. Mulai dari izinnya, di tungguin semalaman, sampai pulang lagi dengan selamat. Orangnya kooperatif dan baik, dan yang paling penting ratenya lebih murah dari operator sebelah. Hehe.
Salah satu kebaikan beliau yaitu ketika kami minta 1 jeep isi 8 orang tanpa bertele-tele beliau mengiyakan. Padahal di waktu yang sama saya tanya ke operator lain, rata-rata kukuh 1 jeep hanya boleh 6 orang bahkan kurang, jadi mereka akan mengusulkan 2 jeep untuk ber-8, biaya lebih mahal. Silahkan hubungi beliau ya jika hendak ke Bromo, apalagi kalau mau berkemah.
Mas Yusfi: 0813-1925-1651
Semoga artikel ini ada manfaatnya. Selamat mencoba camping di Bromo.. Barangkali kawan-kawan ada yang sudah punya pengalaman yang sama, boleh loh sharing di komentar :)
2 komentar